Dua tahun belakangan, galian di Jakarta makin gila. Dari Salemba ke Cikini bisa 45 menit di jam sibuk. Anak sekolah masuk jam 7 jadi harus berangkat jam 6 kalau mau aman. Dimana-mana galian. Di Kota Tua, di Cideng, di Raden Saleh, di Diponegoro, di Proklamasi, di Blok M, di Blora, di Latuharhari, di Saharjo, di Mangga Dua, di Gunung Sahari, di mana lagi yang belum gw sebut? Tanpa galian, Jakarta udah macet. Dengan galian diharapkan Jakarta berkurang macetnya? Kan tolol. Kak O

Di postingan sebelumnya gw pernah cerita kalo gw uda lama ngga minum kopi dan gw baik-baik aja. Dan emang bener, tanpa kopi hidup gw berasa lebih baik, lebih ringan. Membebaskan diri dari ketergantungan itu membawa rasa menyenangkan. Suatu saat gw ngantuk di kantor. Sengantuk itu. Gw memutuskan membeli 2 gelas kopi. Satu drip, satu americano. Bukan gila, tapi drip dan americano kan memang beda secara taste. Mengingat lagi ngantuk, jadi biar bisa distract ngantuk dengan kopi.

Seperti magma. Entah perasaan apa yang sedang terjadi. Ada yang tertahan hampa. Seperti tersakiti. Dan lalu air mata. Deras menyaingi hujan Jakarta. Mengumpul memadat. Bukan hanya jalanan, hati pun tersumbat. Apakah ada kerinduan yang diinginkan. Atau perasaan yang butuh pengertian. Benci ketika cemas ini hadir. Seluruh badan terasa getir. Mengapa berat, mengapa beban. Mengapa nasihat, tak pernah menerangkan. Mungkin lelah, mungkin lemah. Berpura-pura kuat memapah hidup. Tapi

You can’t know when those triggers come and hit you. You think you’ve managed your anxiety well. Apparently you hold yourself too bad. Too bad to the level you don’t care. I believe I can’t control what I can’t. I never know when I can’t, it leads me to an emptiness. The emptiness came without notice. The feelings where I feel sorrow, worthless, small. I know I can’t be too hard to myself. I can’t ever tell. Suddenly the tears are falling. My heart breaks into pieces. No spec

Tiga hari ini gw sakit dan badan gw lemes.   Gw pernah punya riwayat hb (hemoglobin) rendah, yang gejalanya adalah lemes.   Jadi biasanya, setiap badan gw lemes, gw akan langsung minta opname.     Opname pertama karna hb rendah adalah saat gw hamil anak kedua gw dengan kondisi kandungan 8 bulan.   Saat itu rasanya lemes banget, bangun dari kasur pun gw ngga sanggup.   Saat itu suami masih kerja di Jakarta, jadi gw langsung bilang suami gw mau ke rumah sakit.     Pas sampe IGD

Tulisan ini pernah gw bacakan sebagai cerita dalam kegiatan The WayMaker , sebuah forum cerita yang diinisiasi Kak Calvin Chandra . Gw...

Film Devil Wears Prada pasti uda banyak yang tau lah ya. Kalo belum, ditonton aja. One of my best movies ever sih!   Salah satu pemeran...

Kopi yang lagi naik daun, kopi yang lagi nge- trend . Ngga terasa, uda empat bulanan gw ngga kecanduan kopi.   Dulu gw ngga bisa hidup...

Don't say "it's okay" too fast.   On the right situation, you may need to feel it first. The more you are easy to say "it's okay", the...

Menghadapi 3x momen kehilangan dalam hidup gw ternyata membawa pelajaran tentang bagaimana menyikapi perasaan berduka meskipun gw ga tau...

Ernest Prakasa, an active movide director, a movie producer, a script writer, an actor, a father and a stand-up comedian, said an...

Sometimes it is not about how we end a day. Sometimes it is about how we start a day. Sometimes the dawn is just as beautiful as the...

You have parents you can't choose. You have a family you can't choose. You have a boss you can't choose. You have public opinion (about...

Sophia Latjuba, Wulan Guritno, Yuni Shara are some to mention who incredibly shows how life starts at 40 or event 50. Earlier ages may...

kabut kemelut berkerut lembut malam temaram menikam kejam sudah lebih dari larut dan suara-suara pelan meredup masih ada sudut-sudut...

Sampai pada suatu waktu ketika kamu kesal, merasa lelah, dan ingin membenci dirimu sendiri.. Tapi kamu tidak akan mungkin membenci bagian...

Malam yang dengan cepatnya menjadi pagi Mengantarkanku larut dalam peraduan Betapa penuhnya hari ini Dengan segala ketakberdayaan manusia...

*judul tulisan ini mungkin saya ambil dari judul lagu paramore, namun ceritanya adalah sesuatu yang saya gambarkan sebagai misguided...

Rasanya seperti menyerahkan diri dalam pesakitan yang luar biasa dimana setiap hari aku harus menerima kenyataan bahwa aku bukan orang...