top of page

Review Film Andjay : Devil Wears Prada

  • andinajayanti
  • Oct 11
  • 4 min read

Film Devil Wears Prada pasti uda banyak yang tau lah ya.

Kalo belum, ditonton aja. One of my best movies ever sih!

 

Salah satu pemeran utamanya adalah my forever favorite artist, Anne Hathaway, yang berperan sebagai Andrea.

 

Sinopsis ceritanya, Andrea ini membuktikan pengalaman pribadi gw, bahwa meskipun kita lulus dari kampus terkemuka, pinter, punya nilai bagus, dapet kerja di tempat yang bergengsi, ternyata emang ngga menjamin apapun.

 

Cerita awal dimulai dengan settingan Andrea yang keterima sebagai second personal assistant di salah satu perusahaan media fashion terkemuka di New York, Runway Magazine. Si Andrea ngiranya kan Runway ini perusahaan media pada umumnya ya. Berisi jurnalis-jurnalis yang berpenampilan apa-adanya (karna yang penting buat seorang jurnalis kan tulisannya ya, bukan penampilannya). So, being a personal assistant to the boss should be santai lah ya.

 

Oh ternyata salah dong.. Ternyata Runway Magazine adalah perusahaan yang sangat punya gengsi dan fokus sama pencitraan tingkat tinggi. Pimpinan Runway saat itu adalah Miranda Priestly (yang diperankan oleh tante Meryl Streep), merupakan legenda fashion internasional, yang kalo alisnya mengkerut aja, berarti itu design ngga akan jadi tren taun depan.

 

Runway Magazine di sini diceritakan dengan apik sebagai sebuah perusahaan dimana 'kerja' doang ngga akan cukup buat bertahan dalam pekerjaan itu sendiri. Fakta "kerja di Runway" ini membuat si Andrea (yang masih green dan penuh idealisme anak lulus kuliah) finally tertampar dengan kenyataan bahwa dunia kerja ternyata tak seindah senja di Labuan Bajo.

 

Genre film ini tentu saja adalah drama. Drama tentang upaya adaptasi Andrea untuk menunjukkan kemampuannya (meskipun) sebagai anak baru lulus kuliah tapi pasti bisa kerja dengan baik.

 

Mulai dari Penampilan.

Andrea penampilannya biasa aja, jelek ngga, bagus juga ngga terlalu, ya standard aja (tapi kan muka belio emang uda cakep ya). Nah penampilan Andrea yang biasa aja ditambah dengan pengetahuan Andrea yang belum mumpuni di industri fashion ini, membuat Andrea diintimidasi oleh orang-orang yang udah senior di kantor. Salah duanya dari madam Miranda Priestly herself dan peer Andrea sendiri yang lebih senior, Emily, yang diperankan oleh Emily Blunt, first personal assistant to Miranda Priestly.

 

Untung aja ada paman botak kesayangan kita bersama, Nigel, yang diperankan Stanley Tucci. Walaupun awalnya Nigel ini sarcastic juga ke Andrea, tapi dia juga yang mau membantu perubahan penampilan Andrea from low to wow dengan segala merk luxury fashion, sebut saja Chanel, Dior, Dolce Gabbana, you named it lah (sungguh kuingin menjadi Andrea). Tapi ya gitu, walaupun penampilan udah mumpuni dan keren abis ya Tuhan, tapi tetep aja, intimidasi is still around.

 

Gw dulu awal-awal di kantor hadir dengan baju kemeja kotak-kotak beli di ITC Kuningan, muka tanpa make-up, nyapa colleague "Selamat Pagi, Pak", boro dibales, ngga ditoleh cuy! Giliran gw ganti hape Samsung S9 di jaman itu, pake bedak Chanel, tas Marc Jacob, langsung diajak ngobrol, diajak ngerokok bareng, walaupun di belakang tetep aja gw diomongin, ah!

 

 

Work-Life Balance.

Sebagai second personal assistant, awalnya Andrea masih punya waktu untuk nongkrong after work sama pacar dan sahabat-sahabatnya, di mana Andrea bisa sambat segala kerepotan menghadapi Miranda Priestly yang terlalu abrakadabra, sampai jadi sinterklas bagi-bagi barang branded yang Miranda ngga suka ke temen-temennya.


Karena dasarnya Andrea ini memang pinter, jadi sebenernya Andrea bisa cepet adaptasi di Runway. Dengan cepetnya adaptasi Andrea, membuat Miranda Priestly pelan-pelan (tapi pasti) mulai menaruh kepercayaan ke Andrea. Andrea jadi punya yang namanya priviledge karena koneksi Miranda emang bukan kaleng-kaleng. Andrea mulai disuruh taking care banyak hal yang seringnya di luar jam kerja, semacam ngambil sample baju ke designer sampe ngurusin tugas praktek sekolah anak Miranda. Di situ, Andrea pelan-pelan juga mulai kehabisan waktu buat dinikmati sama pacar dan sahabat-sahabatnya. Konflik pun hadir ketika urusan Miranda ngebuat Andrea gagal dateng ke ulang tahun pacarnya. Yep, Andrea mulai kesulitan untuk membagi waktu antara kerja sama kehidupan pribadinya. Apa itu work-life balance, huh?

 

Ngga cuma di Runway sebenernya kondisi kayak gini tuh. Kantor gw sebelumnya membuat gw bekerja 9-5. 9am to 5am. Jam 9 pagi ke jam 5 pagi. Bagus masi sempet meluk anak gw dengan setengah sadar sebelum mereka berangkat sekolah.

 

 

Office Politic.

Kepercayaan Miranda Priestly membuat dinamika kerja Andrea sama peernya, si Emily, makin kurang sehat. Udahlah awalnya emang si Emily competitive, si Miranda yang ngeliat potensi Andrea malah challenge Andrea langsung untuk menjadi lebih unggul daripada Emily. Di sisi lain, hubungan Andrea sama pacarnya pun mulai diujung tanduk, karena pacar Andrea merasa dinomorduakan setelah Miranda.

 

Jadi, kata siapa dipercaya atasan itu blessing? Belum tentu sahabat. Dipercaya atasan itu berarti kerjaan lo makin banyak, musuh lo yang iri juga makin banyak, tidur lo makin kurang, keluarga lo makin kesel ama prioritas hidup lo.

 

Ada satu line di film Devil Wears Prada yang paling gw suka, diucapkan sama Nigel, "Let me know when your whole life goes up in smoke. Means it's time for a promotion". Balik lagi ke kalimat gw di awal, 'kerja' doang ngga akan cukup buat bertahan dalam pekerjaan itu sendiri. Seringnya ketika karir lo naik, itu dibarengin dengan pengorbanan kehidupan pribadi lo sendiri. Entah itu jam tidur yang kurang, ngga ada waktu buat anak, ngga sempet ngobrol dan ketemu pasangan, even worse, beberapa pasangan bercerai.

 

Jadi gimana nih nasib Andrea di kantor ini? Ah tonton sendiri deh film Devil Wears Prada yang umurnya uda mirip anak Gen Z, film 20 tahun lalu. Cus biar paham asal mulanya, karena sekarang mereka lagi shooting buat Devil Wears Prada 2. Can't wait!

 

Disclaimer :

Tulisan ini pernah disampaikan di forum tertutup dan mendapat feedback yang konstruktif dari Kak Okki Sutanto. Jadi sekarang gw coba tulis lagi di sini dengan memasukkan feedback yang sudah diterima dengan lapang dada dan hati ikhlas :D

Comments


bottom of page