Berpikir untuk Berubah
- andinajayanti
- Nov 1
- 2 min read
Berpikir untuk berubah itu sangatlah baik.
Tapi alangkah lebih baik bila dalam kenyataannya kita memang benar-benar berubah.
Ada beberapa orang yang berpikir bahwa keputusanku untuk tetap bertahan menjalani hubungan dengan orang yang toxic adalah suatu kebodohan dan kesia-siaan belaka.
Sulit memang untuk mengatakan alasan pasti kenapa aku tidak pernah bisa berpikir untuk pergi jauh dari orang-orang toxic itu.
Apa yang aku lakukan sekarang adalah salah satu caraku untuk mulai belajar mengikuti kata hatiku. *cheesy
Setelah sekian lama aku terperangkap dalam kehidupan yang sama sekali tak pernah menunjukkan jati diriku.
Namun aku pun mengalami dilema yang tak kalah hebatnya dibanding dengan semua perkataan orang-orang di sekelilingku.
Semakin lama aku menjalani hubungan dengan orang-orang toxic itu, semakin terlihat bahwa mereka memang tidak pernah menghargaiku.
Mereka semena-mena, mereka yang kasar, mereka yang egois.
Tapi aku yang disalahkan.
Walaupun pada akhirnya kenyataanlah yang akan menjadi pemenang dari semua hayal, impian, dan ramalan manusia, kali ini aku hanyalah akan menjalani semua ini tanpa berkata apapun lagi.
Bagi mereka mungkin aku ini hanyalah kebutuhan.
Yang apabila mereka butuh, mereka akan datang meminta.
Tapi apabila mereka tidak butuh, mereka tidak akan peduli sama sekali.
Sebenarnya aku hanya sedang menikmati menjalani hubungan yang tidak sehat, karena kuakui respect ku untuk mereka semakin hari semakin menghilang, hingga terkadang aku bisa berkata bahwa mereka itu ngga penting lagi.
Dan aku pun tau, mungkin mereka pun sebenarnya ngga peduli juga dengan apa yang aku rasakan.
Aku bukan harapan dan mungkin aku tak akan pernah sekali pun menjadi bagian bermakna dalam hidup mereka.
Aku bukanlah apa-apa untuk mereka, memang.
Dalam kenyataan kehidupan yang kujalani, aku hanya mendapat sejuta tuduhan, kecaman, dan kesalahan atas sudut mati takdir hidupku
Kata-kata mereka yang menyakitkan, selalu membayangiku dan sangat traumatis.
Seakan-akan aku sebagai manusia ini tidak pantas dan tidak dilevel yang sama dengan mereka sehingga tidak akan pernah bisa untuk mendapat perlakukan yang lebih baik dari yang kuterima sekarang.
Keadaan ini sama sekali bukan mauku, aku tau keadaan ini gak adil untukku.
Sekali lagi takdir ini bukan mauku
Tapi kenapa aku selalu disalahkan atas sudut mati kenyataan hidupku?
Apa yang mereka tau aku?
Tidak pernah ada pengertian dari mereka.
Seringnya memang aku tidak pernah dihargai.
Aku selalu disepelekan seakan-akan aku bukan manusia.
Apakah mereka semua tak bercacat?
Apakah mereka semua sesempurna Tuhan dan Rasul?
Hingga mereka bisa judge diriku seperti aku berasal dari kaum sampah yang sama sekali tak pantas ada di muka bumi apalagi untuk bersanding atau kenal dalam kehidupan mereka?
Unfortunately
Proses panjang untuk bisa melupakannya
Entah kenapa aku selalu memikirkan ini semua
Well
Tapi aku takut kalau ternyata kali ini pun aku sedang bermain-main dengan perasaanku lagi





Comments